BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sering
kita melihat seorang ilmuwan yang picik. Ahli fisika nuklir memandang rendah
kepada ahli ilmu sosial. Lulusan IPA merasa lebih tinggi dari lulusan IPS. Atau
lebih sedih lagi, seorang ilmuwan memandang rendah kepada pengetahuan lain.
Mereka meremehkan moral, agama dan estetika. Mereka, para ahli yang berada di
bawah tempurung disiplinnya masing-masing, sebaiknya tengadah ke
bintang-bintang dan tercengang, ternyata masih ada langit lain di luar
tempurung kita. Dan kita pun lalu menyadari kebodohan kita sendiri.
Pada
zaman modern ini ada alkisah bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang
arif bijaksana, “coba sebutkan kepada saya berapa jenis manusia yang terdapat
dalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya!” dan filsuf itu menarik napas
panjang dan berpantun:
Ada orang
yang tahu di tahunya
Ada orang
yang tahu di tidaktahunya
Ada orang
yang tidak tahu di tahunya
Ada orang
yang tidak tahu di tidaktahunya
“Bagaimana
caranya agar saya mendapatkan pengetahuan yang benar?” sambung orang awam itu
penuh dengan hasrat dalam ketidaktahuannya. Kemudia filsuf itu menjawab
“ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu”.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan ragu-ragu
dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui
apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Dan dari apa yang kita
tahu akan mendapatkan informasi yang
dapat di bentuk menjadi pengetahuan dan pengetahuan itu dapat dibuktikan
menjadi ilmu pengetahuan melalui bukti-bukti yang nyata.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam
hal ini yang menjadi rumusan masalah dan dibahas dalam makalah ini adalah
mengenai “perbedaan filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, ilmu
pengetahuan, pengetahuan, biologi dan pendidikan biologi dan agama, dan persamaan filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, ilmu
pengetahuan, pengetahuan, biologi dan pendidikan biologi dan agama?”.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan
ini bertujuan untuk menjelaskan tentang
perbedaan filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan, pengetahuan,
biologi dan pendidikan biologi dan agama, dan persamaan filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, ilmu
pengetahuan, pengetahuan, biologi dan pendidikan biologi dan agama.
1.4 Metode Penulisan
Mencari
dari beberapa sumber, baik buku maupun media elektronik yang berhubungan dengan perbedaan filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, ilmu
pengetahuan, pengetahuan, biologi dan pendidikan biologi dan agama, dan persamaan filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, ilmu
pengetahuan, pengetahuan, biologi dan pendidikan biologi dan agama. Dengan
sistematika penuliasan makalah sebagai berikut: Tulisan ini dimulai dengan Kata
Pengantar dan Daftar Isi, Bab I (Pendahuluan yang berisi Latar belakang,
Rumusan masalah, Tujuan penulisan, dan Metode penulisan), Bab II ( Pembahasan /
Isi), Bab III ( Saran dan Kesimpulan), dan yang terakhir yaitu Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan,
Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan, Biologi/Pendidikan Biologi dan Agama
2.1.1 Pengertian Filsafat
Filsafat
adalah induk pengetahuan, filsafat adalah teori tentang kebenaran. Filsafat
mengedepankan rasionalitas, pondasi awal dari segala macam disiplin ilmu yang
ada. Filsafat juga bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan
memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta
radikal. Sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.Filsafat bersifat
spekulatif. Mendekati agak mutlak. Kebenaran dari filsafat kadang berupa
keragu-raguan yang belum bisa dipastikan kebenarannya.
Seorang yang
berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tergadah ke
bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan
galaksi. Atau seorang, yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan
lembah di bawahnya. Dia ingin menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang
ditatapnya. Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh. Seorang
ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri.
Filsafat
timbul kerana adanya suatu kepercayaan dan dianggap benar. Sehingga muncullah
suatu teori yang menyatakan kebenaran tersebut.Agama adalah lahir sebagai
pedoman dan panduan bagi kehidupan manusia. suatu keyakinan yang mempercayai
bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Agama lahir
tidak didasari dengan riset, rasis,ataupun uji coba. Melainkan lahir dari
proses peciptaan zat yang berada di luar jangkauan manusia. Agama diyakini
berasal dariTtuhan dengan wahyu-wahyu-Nya. Agama adalah suatu perantara yang
bisa mengantarkan manusia mencapai kepuasan hidup yang tidak bisa di dapat
dalam ilmu-ilmu lain. Kebenaran agama bersifat mutlak atau absolute.
Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi
kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar
atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan
data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, kemudian
dianalisis agar dapat ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh
filsafat hukum-hukum yang bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir
secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki,
sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam.
2.1.2 Pengertian
Filsafat Ilmu Pengetahuan
Ilmu
Sejarah telah dapat membuktikan tentang pengungkapan ilmiah manusia yang sangat
menonjol di dunia adalah di zaman Yunani Kuno (abad IV dan V S.M). Bangsa
Yunani ditakdirkan Allah sebagai manusia yang mempunyai akal jernih. Bagi
mereka ilmu itu adalah suatu keterangan rasional tentang sebab-musabab dari
segala sesuatu didunia ini. Dunia adalah kosmos yang teratur dengan aturan
kausalitas yang bersifat rasional. Demikianlah tiga dasar yang menguasai ilmu
orang Yunani pada waktu itu, yaitu: Kosmos, Kausalitas dan Rasional.
Pada hakikatnya kelahiran cara berfikir
ilmiah itu merupakan suatu revolusi besar dalam dunia ilmu pengetahuan, karena
sebelum itu manusia lebih banyak berpikir menurut gagasan-gagasan magi dan
mitologi yang bersifat gaib dan tidak rasional.
Dengan berilmu dan berfilsafat manusia
ingin mencari hakikat kebenaran daripada segala sesuatu Dalam berkelana mencari
pengetahuan dan kebenaran itu menusia pada akhirnya tiba pada kebenaran yang
absolut atau yang mutlak yaitu ‘Causa Prima’ daripada segala yang ada yaitu
Allah Maha Pencipta, Maha Besar,
Oleh karena itu kita setuju apabila disebutkan bahwa manusia itu adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari kebenaran itu manusia selalu bertanya.
Dalam kenyataannya makin banyak manusia makin banyaklah pertanyaan yang timbul. Manusia ingin mengetahui perihal sangkanparannya, asal mula dan tujuannya, perihal kebebasannya dan kemungkinan-kemungkinannya. Dengan sikap yang demikian itu manusia sudah menghasilkan pengetahuan yang luas sekali yang secara sistematis dan metodis telah dikelompokan kedalam berbagai disiplin keilmuwan.
Oleh karena itu kita setuju apabila disebutkan bahwa manusia itu adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari kebenaran itu manusia selalu bertanya.
Dalam kenyataannya makin banyak manusia makin banyaklah pertanyaan yang timbul. Manusia ingin mengetahui perihal sangkanparannya, asal mula dan tujuannya, perihal kebebasannya dan kemungkinan-kemungkinannya. Dengan sikap yang demikian itu manusia sudah menghasilkan pengetahuan yang luas sekali yang secara sistematis dan metodis telah dikelompokan kedalam berbagai disiplin keilmuwan.
Namun demikian karena kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka sejumlah besar pertanyaan tetap relevan dan
aktual seperti yang muncul pada ribuan tahun yang lalu, yang tidak terjawab
oleh Ilmu pengetahuan seperti antara lain: tentang asal mula dan tujuan
manusia, tentang hidup dan mati, Ketidakmampuan Ilmu pengetahuan dalam menjawab
sejumlah pertanyaan itu, maka Filasafat tempat menampung dan mengelolahnya.
2.1.3 Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh oleh akal sehat, ilmiah, empiris
dan logis. Ilmu adalah cabang pengetahuan yang berkembang pesat dari waktu ke
waktu. Segala sesuatu yang berawal dari pemikiran logis dengan aksi yang ilmiah
serta dapat dipertanggungjawabkan dengan sebuah bukti yang konkret. Harus
mempercayai paradigma serta metode-metode yang jelas yang juga dikorelasikan
dengan bukti yang empiris yang mampu diterapkan secara transparan. Kebenaran ilmu
pengetahuan bersifat nisbi atau relative.
Ciri Utama Ilmu:
- Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi
- Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalajh hakikat ilmu. Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir
- Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapan
- Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
Ilmu pengetahuan sifatnya
taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai
aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu
pengetahuan objeknya dibatasi,
misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat
objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas
secara filosofis atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang
hakikat. Apabila ilmu pengetahuan tujuannya
memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat
tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila
ilmu pengetahuannya datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka
filsafat datanya tidak perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah
hakekatnya, yang penting data itu dianalisis secara mendalam.
2.1.4 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi
atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan
termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi,
hipotesis,
konsep,
teori,
prinsip dan prosedur
yang secara Probabilitas Bayesian
adalah benar atau berguna.
Dalam
pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang
belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang
mencicipi masakan
yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan
aroma masakan tersebut.
Pengetahuan
adalah informasi
yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang
lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan
prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala
informasi dan data
sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan
kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah
yang disebut potensi untuk menindaki.
Pengetahuan
adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap, karena tidak memberikan tempat
bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh orang lain, dengan demikian
tidak bersifat sistematik dan tidak objektif serta tidak universal.
2.1.5 Pengertian
Biologi/Pendidikan Biologi
Biologi atau ilmu hayat adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan.
Istilah "biologi" dipinjam dari bahasa
Belanda, biologie, yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani,
βίος, bios ("hidup") dan λόγος,logos
("lambang", "ilmu"). Istilah "ilmu hayat"
dipinjam dari bahasa Arab, juga berarti "ilmu
kehidupan". Obyek kajian biologi pada masa kini sangat luas
dan mencakup semua makhluk hidup dalam berbagai aspek kehidupannya.
Berbagai
cabang biologi mengkhususkan diri pada setiap kelompok organisme,
seperti botani
(ilmu tentang tumbuhan),
zoologi
(ilmu tentang hewan),
dan mikrobiologi
(ilmu tentang jasad renik). Perbedaan-perbedaan dan
pengelompokan berdasarkan ciri-ciri fisik kelompok organisme dipelajari dalam sistematika,
yang di dalamnya mencakup pula taksonomi dan paleobiologi.
Berbagai
aspek kehidupan dikaji pula dalam biologi. Ciri-ciri fisik bagian tubuh
dipelajari dalam anatomi
dan morfologi,
sementara fungsinya dipelajari dalam fisiologi.
Perilaku hewan dipelajari dalam etologi. Perkembangan ciri fisik makhluk hidup dalam kurun
waktu panjang dipelajari dalam evolusi, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan dalam siklus
kehidupan dipelajari dalam biologi perkembangan. Interaksi antar
sesama makhluk dan dengan alam sekitar mereka dipelajari dalam ekologi;
Mekanisme pewarisan sifat yang
berguna dalam upaya menjaga kelangsungan hidup suatu jenis makhluk hidup dipelajari dalam genetika.
Saat ini
bahkan berkembang aspek biologi yang mengkaji kemungkinan berevolusinya makhluk
hidup pada masa yang akan datang, juga kemungkinan adanya makhluk hidup di planet-planet
selain bumi,
yaitu astrobiologi.
Sementara itu, perkembangan teknologi memungkinkan pengkajian pada tingkat
molekul penyusun organisme melalui biologi
molekular serta biokimia, yang banyak didukung oleh perkembangan teknik
komputasi melalui bidang bioinformatika.
Ilmu biologi
banyak berkembang pada abad ke-19, dengan ilmuwan menemukan bahwa organisme
memiliki karakteristik pokok. Biologi kini merupakan subyek pelajaran sekolah
dan universitas di seluruh dunia, dengan lebih dari jutaan makalah dibuat
setiap tahun dalam susunan luas jurnal biologi dan kedokteran
2.1.6 Pengertian Agama
Al-Facirc menghidupkan kembali klaim kuno yang menyatakan
bahwa agama adalah tiruan dari filsafat. Menurutnya, baik agama maupun filsafat
berhubungan dengan realitas yang sama. Keduanya terdiri dari subjek-subjek yang
serupa dan samasama melaporkan prinsip-prinsip tertinggi wujud (yaitu, esensi
Prinsip Pertama dan esensi dari prinsip-prinsip kedua nonfisik).
Keduanya juga melaporkan tujuan puncak yang diciptakan demi
manusia yaitu,kebahagiaan tertinggi dan tujuan puncak dari wujud-wujud lain. Agama
memaparkan laporannya berdasarkan imajinasi. Dalam setiap hal yang
didemonstrasikan oleh filsafat, agama memakai metode-metode persuasif untuk
menjelaskannya gagasan-gagasan itu diketahui dengan membayangkannya lewat
kemiripan-kemiripan yang merupakan tiruan dari mereka, dan pembenaran terhadap
apa yang dibayangkan atas mereka disebabkan oleh metode-metode persuasif, maka
orang-orang terdahulu menyebut sesuatu yang membentuk pengetahan-pengetahuan
ini agama. Jika pengetahuan-pegetahuan itu sendiri diadopsi, dan metode-metode
persuasif digunakan, maka agama yang memuat mereka disebut filsafat populer,
yang diterima secara umum, dan bersifat eksternal.
2.2 Persamaan (Similiriti)
Filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan,
Biologi/Pendidikan Biologi dan Agama
Filsafat
dan Ilmu Pengetahuan. Ilmu Sejarah telah dapat membuktikan tentang pengungkapan
ilmiah manusia yang sangat menonjol di dunia adalah di zaman Yunani Kuno (abad
IV dan V S.M). Bangsa Yunani ditakdirkan Allah sebagai manusia yang mempunyai
akal jernih. Bagi mereka ilmu itu adalah suatu keterangan rasional tentang
sebab-musabab dari segala sesuatu didunia ini. Dunia adalah kosmos yang teratur
dengan aturan kausalitas yang bersifat rasional. Demikianlah tiga dasar yang
menguasai ilmu orang Yunani pada waktu itu, yaitu: Kosmos, Kausalitas dan
Rasional.
Pada hakikatnya kelahiran cara berfikir ilmiah
itu merupakan suatu revolusi besar dalam dunia ilmu pengetahuan, karena sebelum
itu manusia lebih banyak berpikir menurut gagasan-gagasan magi dan mitologi
yang bersifat gaib dan tidak rasional. Dengan berilmu dan berfilsafat manusia
ingin mencari hakikat kebenaran daripada segala sesuatu Dalam berkelana mencari
pengetahuan dan kebenaran itu menusia pada akhirnya tiba pada kebenaran yang
absolut atau yang mutlak yaitu ‘Causa Prima’ daripada segala yang ada yaitu
Allah Maha Pencipta, Maha Besar, dan mengetahui.
Oleh
karena itu kita setuju apabila disebutkan bahwa manusia itu adalah mahluk
pencari kebenaran. Di dalam mencari kebenaran itu manusia selalu bertanya. Dalam
kenyataannya makin banyak manusia makin banyaklah pertanyaan yang timbul.
Manusia ingin mengetahui perihal sangkanparannya, asal mula dan tujuannya,
perihal kebebasannya dan kemungkinan-kemungkinannya. Dengan sikap yang demikian
itu manusia sudah menghasilkan pengetahuan yang luas sekali yang secara
sistematis dan metodis telah dikelompokan kedalam berbagai disiplin keilmuwan.
Namun demikian karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka sejumlah
besar pertanyaan tetap relevan dan aktual seperti yang muncul pada ribuan tahun
yang lalu, yang tidak terjawab oleh Ilmu pengetahuan seperti antara lain:
tentang asal mula dan tujuan manusia, tentang hidup dan mati, tentang hakikat
manusia sebagainya.
Ketidakmampuan
Ilmu pengetahuan dalam menjawab sejumlah pertanyaan itu, maka Filasafat tempat
menampung dan mengelolahnya. Filsafat adalah ilmu yang tanpa batas, tidak hanya
menyelidiki salah satu bagian dari kenyataan saja, tetapi segala apa yang
menarik perhatian manusia.
J.
Arthur Thompson dalam bukunya” An Introducation to Science” menuliskan bahwa
ilmu adalah diskripsi total dan konsisten dari fakta-fakta empiri yang
dirumuskan secara bertanggung jawab dalam istilah- istilah yang sederhana
mungkin. Untuk menjelaskan perbedaan antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat,
baiklah dikemukakan rumusan Filsafat dari filsuf ulung Indonesia Prof. DR. N.
Driyarkara S.Y., yang mengatakan “Filsafat adalah pikiran manusia yang radikal,
artinya yang dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat- pendapat
yang diterima saja, mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari
lain-lain pandangan dan sikap praktis. Jika filsafat misalnya bicara tentang
masyarakat, hukum, sisiologi, kesusilaan dan sebagainya, di satu pandangan
tidak diarahkan ke sebab-sebab yang terdekat, melainkan yang
terakhir sepanjang kemungkinan yang ada pada budi manusia berdasarkan kekuatannya
itu.
Filsafat
adalah ilmu Pengetahuan dan Teknologi, filsafat tidak memperlihatkan banyak
kemajuan dalam bidang penyelidikan. Ilmu pengetahuan dan Teknologi bahkan
melambung tinggi mencapai era nuklir dan sudah diambang kemajuan dalam
mempengaruhui penciptaan dan reproduksi manusia itu sendiri dengan revolusi
genitika yang bermuara pada bayi tabung I di Inggris serta diambang kelahiran
kurang lebih 100 bayi tabung yang sudah hamil tua.
Di satu pihak fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berutang kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, berupa penciptaan sarana yang memudahkan pemenuhan kebutuhan manusia untuk hidup sesuai dengan kodratnya. Inilah dampak positifnya disatu pihak sedangkan dipihak lainnya bdampak negatifnya sangat menyedihkan.
Di satu pihak fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berutang kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, berupa penciptaan sarana yang memudahkan pemenuhan kebutuhan manusia untuk hidup sesuai dengan kodratnya. Inilah dampak positifnya disatu pihak sedangkan dipihak lainnya bdampak negatifnya sangat menyedihkan.
Bahwa ilmu yang bertujuan menguasai alam,
sering melupakan faktor eksitensi manusia, sebagai bagian daripada alam, yang
merupakan tujuan pengembangan ilmu itu sendiri kepada siapa manfaat dan
kegunaannya dipersembahkan. Kemajuan ilmu teknologi bukan lagi meningkatkan
martabat manusia itu, tetapi bahkn harus dibayar dengan kebahagiaannya.
Berbagai polusi dan dekadensi dialami peradaban manusia disebabkan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Dalam usahanya pendidikan keilmuwan bukanlah
semata-mata ditujukan untuk menghasilkan ilmuwan yang pandai dan trampil,
tetapi juga bermoral tinggi dan manusia dapatlah menghitung dan mengukur,
karena perbuatan menghitung. dan mengukur itu mungkin lebih dari semua gejala
dan semua perubahan dengan menutup indera mata Adapun jenis pengetahuan yang
dihasilkan oleh abstraksi ini disebut 'matesis' (matematika) (kata Yunani'mathesist
= pengetahuan ilmu) bahwa
semua jenis pengamatan tidak berguna lagi. Adapun jenis berpikir ini disebut 'teologi' atau
filsafat pertama
Ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya secara empiris.
Batas penjelajahan ilmu sempit sekali, hanya sepotong atau sekeping saja dari
sekian permasalahan kehidupan manusia, bahkan dalam batas pengalaman manusia
itu, ilmu hanya berwenang menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan.
Demikian pula tentang baik buruk, semua itu (termasuk ilmu). Relativitas atau
kenisbian ilmu pengetahuan bermuara kepada filsafat dan relativitas atau
kenisbian ilmu pengatahuan serta filsafat bermuara kepada agama.
Filsafat ialah ’ ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah itu berada di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk dapat memahami dan mendalami. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyeledikan, pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara mengelanakan atau mengembarakan akal budi secara redikal (mengakar), dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam),tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannya sendiri yang disebut ’logika’ Manusia dalam mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan pelbagi masalah asasi dari suatu kepada kitab Suci, kondifikasi Firman Allah untuk manusia di permukaan planet bumi ini.
Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran positif, kebenaran filsafat ialah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu pengetahuan dan filsafat keduanya nisbi (relatif).
Dengan demikian terungkaplah bahwa manusia adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia yang sekaligus merupakan institut kebenaran yaitu : Ilmu, filsafat dan Agama.
Filsafat ialah ’ ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah itu berada di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk dapat memahami dan mendalami. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyeledikan, pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara mengelanakan atau mengembarakan akal budi secara redikal (mengakar), dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam),tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannya sendiri yang disebut ’logika’ Manusia dalam mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan pelbagi masalah asasi dari suatu kepada kitab Suci, kondifikasi Firman Allah untuk manusia di permukaan planet bumi ini.
Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran positif, kebenaran filsafat ialah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu pengetahuan dan filsafat keduanya nisbi (relatif).
Dengan demikian terungkaplah bahwa manusia adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia yang sekaligus merupakan institut kebenaran yaitu : Ilmu, filsafat dan Agama.
Persamaan:
- Semuanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya
- Filsafat dan ilmu pengetahuan memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
- Semuanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
- Filsafat dan ilmu pengetahuan mempunyai metode dan sistem
- Semuanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia obyektivitas, akan pengetahuan yang lebih mendasar.
2.3 Perbedaan (Distingsi)
Filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan,
Biologi/Pendidikan Biologi dan Agama
Perbedaan:
- Obyek material lapangan filsafat itu bersifat universal
umum, yaitu segala sesuatu yang ada realita sedangkan obyek material ilmu pengetahuan
ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada
disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan
kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Obyek formal sudut pandangan filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita - Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
- Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu
- Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
filsafat memerlukan kebenaran dalam membuktikan kebenaran dari filsafat
tersebut.
2. Ilmu
pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh oleh akal sehat, ilmiah, empiris
dan logis.
3. Pengetahuan adalah informasi
atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan
termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi,
hipotesis,
konsep,
teori,
prinsip dan prosedur
yang secara Probabilitas Bayesian
adalah benar atau berguna. Biologi merupakan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan makhluk hidup yang kebenaran ilmunya melalui filsafat.
4. Agama maupun filsafat berhubungan dengan
realitas yang sama. Keduanya terdiri dari subjek-subjek yang serupa dan
samasama melaporkan prinsip-prinsip tertinggi wujud (yaitu, esensi Prinsip
Pertama dan esensi dari prinsip-prinsip kedua nonfisik).
5. Persamaan Filsafat dan ilmu pengetahuan
memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya. Perbedaan Filsafat memuat pertanyaan
lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari,
sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai
dari tidak tahu menjadi tahu.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, kita diharapkan agar dapat
membantu kita untuk mengerti dan dapat membedakan filsafat dan ilmu
pengetahuan. Dan dapat mencari persamaan dan perbedaan filsafat, filsafat ilmu
pengetahuan, ilmu pengetahuan, pengetahuan, biologi dan pendidikan biologi dan
agama.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/perbedaandanpersamaanfilsafatdanagama
Harimurti
Kridalaksana, 2008. Kamus
Linguistik (edisi ke-Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. ISBN
978-979-22-3570-8.
King, TJ & Roberts, MBV 12 Juli 1986. Biology: A
Functional Approach. Thomas Nelson and Sons. ISBN 978-0174480358.
Meliono,
Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.
Poedjosoedarmo,
S. 2001. Filsafat
bahasa. Muhammadiyah University Press. Surakarta. ISBN :
979-636-024-1.
Soejono
Soemargono,Louis O. Kattsoff. 2004. Pengantar
filsafat. Tiara Wacana. Yogya. ISBN 979-8120-01-9.
Suriasumantri, J, 1970. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: PT.Penebar Swadya.